Rabu, 06 Juli 2011

Becak, Dilema bagi Pengaturan Sistem Transportasi Perkotaan

Semakin berkembangnya suatu kota, maka semakin berkembang pula tingkat kebutuhan sarana dan prasarana transportasi. Karena perilaku pergerakan masyarakat perkotaan yang dinamis, sangat membutuhkan sarana transportasi yang bisa mencapai tujuan dengan tepat waktu. Akibatnya berbanding lurus dengan kebutuhan prasarana jalan raya. Sehingga di beberapa kota besar terjadi pelebaran jalan untuk menampung volume kendaraan yang cukup besar. Dampak dari pembangunan jalan raya adalah tersingkirnya sarana angkutan becak di kota-kota besar.

Sebagai contoh, di Surabaya sudah diberlakukan aturan "Becak Dilarang Lewat", sebagai contoh adalah ruas jalan Panglima Sudirman. Tetapi tidak serta merta bisa terlaksana dengan baik, masih saja ada becak yang melanggar.






Sebuah dilema bagi pemerintah kota setempat perihal pengaturan lalu lintas becak. Di satu sisi cukup berperan sebagai penyebab kemacetan, di satu sisi masih dibutuhkan oleh kalangan menengah ke bawah sebagai sarana transportasi yang murah (termasuk si penulis). Bahkan banyak orang tua yang berlangganan becak untuk antar jemput sekolah anak-anak mereka.

Selain itu, masih banyak kecelakaan di jalan raya yang melibatkan becak, entah karena pengemudi becak yang kurang tertib atau becak yang ditabrak oleh pengendara kendaraan bermotor.
Bila dilakukan pelarangan terhadap becak, maka kesannya menjadi tidak manusiawi. Mengingat pengemudi becak tidak memiliki keahlian di bidang lain. Bila pemerintah kota setempat menerapkan peraturan yang kaku dengan melarang becak lalu lalang di seluruh wilayah kota, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah demo besar-besaran pengemudi becak. Belum lagi sorotan dari LSM dan pihak-pihak lain. Tentu saja itu sebuah keputusan yang tidak populer bagi pelaku politik di negeri ini.

Solusi yang bisa dipertimbangkan antara lain :
1. Pendidikan Lalu Lintas bagi Pengemudi Becak
Pengetahuan tentang lalu lintas dirasa cukup untuk mengurangi kecelakaan di jalan raya yang melibatkan becak. Dan tentunya diharapkan dapat mengurangi kemacetan yang terjadi akibat becak.

2. Merubah Becak Engkol menjadi Becak Bermotor
Daripada dana trilyunan untuk membangun gedung DPR, alangkah baiknya bila dana tersebut digunakan untuk membeli mesin bagi becak yang masih menggunakan tenaga manusia. Selain pengemudi becak bekerja labih ringan, arus lalu lintas juga akan semakin lancar, tidak tersendat-sendat.

3. Membekali Tukang Becak dengan Ketrampilan yang Lain
Sekali lagi, daripada dana trilyunan untuk membangun gedung DPR, lebih baik digunakan untuk mendidik pengemudi becak dengan ketrampilan lain, sehingga bisa mencari lapangan pekerjaan lain yang lebih layak. Bukannya kita kasihan bila melihat pengemudi becak yang usianya sudah senja tapi harus bekerja berat ?

Bagaimana dengan anda ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar